Makna peribahasa "Bagai kacang lupa kulitnya" mengacu pada seseorang yang lupa atau tidak menghargai asal-usul atau latar belakangnya setelah mencapai kesuksesan atau keuntungan. Peribahasa ini mengingatkan kita untuk tetap mengingat dan menghormati akar dan sumber keberhasilan kita.
Contoh dalam percakapan:
A: "Kamu ingat teman kita yang dulu selalu rendah diri dan bersahaja? Sekarang dia jadi sangat sombong setelah sukses."
B: "Iya, dia benar-benar bagai kacang lupa kulitnya. Dia lupa betapa pentingnya dukungan dan bantuan dari orang-orang di sekitarnya yang membantunya meraih kesuksesan."
A: "Bagaimana pendapatmu tentang selebriti yang begitu terkenal? Apakah mereka tetap rendah hati?"
B: "Ada beberapa yang berhasil tetap rendah hati dan tidak melupakan akar mereka, tetapi banyak juga yang menjadi bagai kacang lupa kulitnya. Kesuksesan dan ketenaran membuat mereka lupa akan perjuangan dan dukungan yang membuat mereka mencapai posisi mereka sekarang."
A: "Saya pernah membantu teman saya dalam masalah keuangan, tapi sekarang dia tidak lagi peduli padaku setelah dia mendapatkan pekerjaan yang baik."
B: "Sayangnya, beberapa orang menjadi bagai kacang lupa kulitnya setelah mereka mencapai stabilitas keuangan. Mereka lupa betapa berharganya dukungan dan pertolongan yang diberikan oleh orang lain saat mereka membutuhkannya."
A: "Apakah kamu masih terhubung dengan teman-teman lama dari kampung halamanmu?"
B: "Tentu saja! Saya tidak ingin menjadi bagai kacang lupa kulitnya. Teman-teman lama adalah bagian penting dari hidup saya dan mereka tetap berharga meski saya telah mencapai kesuksesan di kota ini."
A: "Apakah kamu masih mengenakan pakaian sederhana dan tidak mencolok setelah mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi?"
B: "Ya, saya ingin tetap rendah hati dan tidak menjadi bagai kacang lupa kulitnya. Pakaian bukanlah ukuran kesuksesan saya, melainkan integritas dan nilai-nilai yang saya anut."